Tauhid, Jalan Menuju Keadilan Dan Kemakmuran(2)
TAUHID, JALAN MENUJU KEADILAN DAN KEMAKMURAN(2)
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله
KEUTAMAAN TAUHID BAGI PRIBADI MUSLIM[1]
Pertama. Allah akan menghapus dosa-dosa orang yang bertauhid.
Dalilnya, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman:
…يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً َلأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
“…Wahai Bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan memberikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula”.[2]
Kedua. Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesedihan di dunia dan akhirat bagi orang yang bertauhid.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka…” [ath-Thalaq/65: 2,3].
Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah, jika ia tidak bertauhid. Orang yang bertauhid dan bertakwa, ia akan diberi jalan keluar dari berbagai problem hidupnya.[3]
Ketiga. Allah akan menjadikan dan menghiasi dalam hati seorang yang bertauhid dengan rasa cinta kepada iman, serta menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. [al Hujurat/49:7].
Keempat. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah. Dan orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah orang yang mengucapkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.
Orang yang paling berbahagia dengan mandapat syafa’atku pada hari Kiamat, yaitu orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallaah” secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya. [4]
Kelima. Allah Ta’ala menjamin akan memasukkan seorang yang bertauhid ke Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
Barang siapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.[5]
مَنْ مَاتَ لاَيُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.
Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.[6]
Keenam. Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan kepada orang yang bertauhid.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. [Muhammad/47:7].
Ketujuh. Allah Ta’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat bagi seorang yang bertauhid.
Allah Ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [an Nahl/16:97].
Kedelapan. Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَخْرِجُوْا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ، فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَد ِاسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ الْحَيَاءِ -أَوِ الْحَيَاةِ، شَكَّ مَالِكٌ- فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً؟
“Setelah penghuni surga masuk ke surga, dan penghuni neraka masuk ke neraka, maka setelah itu Allah pun berfirman: ‘Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman,’ maka mereka pun dikeluarkan dari neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di tepian sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat[7]
Kesembilan. Tauhid merupakan penentu bagi diterima atau ditolaknya amal manusia.
Sempurna atau tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal, tetapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya, yakni tidak mendatangkan kebahagiaan. Oleh karena itu, seluruh amal harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah, baik berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.[al Mulk/67:2].
Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah menyebutkan dengan “amal yang baik”, tidak dengan “amal yang banyak”. Amal, disebut baik atau shalih, bila memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan ittiba’ kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , pada hari Kiamat nanti, lebih berat timbangannya dibandingkan langit dan bumi dengan sebab ikhlas.
Kesepuluh. Orang yang bertauhid akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk.
Orang yang tidak mentauhidkan Allah dengan sempurna, maka ia selalu was-was, ia selalu dalam keadaan takut dan tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau takut mempunyai anak lebih dari dua, takut terhadap masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al An’am/6:82].
KEUTAMAAN TAUHID BAGI MASYARAKAT MUSLIM[8]
Islam sebagai agama tauhid, adalah cocok dan sesuai di setiap masa, tempat, dan kondisi ummat. Maksudnya, berpegang teguh kepada Islam, tidak akan menghilangkan kemaslahatan ummat. Bahkan dengan agama tauhid ini, ummat akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentausa. Apabila ummat manusia menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat, maka mereka harus masuk Islam dan tunduk dalam melaksanakan syari’at Islam. Tetapi harus diingat, kecocokan dan sesuainya Islam ini, bukan berarti Islam itu tunduk mengikuti perkembangan masa, tempat dan keadaan manusia sebagaimana dikehendaki oleh sebagian orang.
Agama Islam adalah agama yang benar, Allah Ta’ala menjanjikan kemenangan bagi orang-orang yang berpegang teguh kepada agama ini dengan baik, namun dengan syarat, mereka harus mentauhidkan Allah, menjauhkan segala (bentuk) perbuatan syirik, menuntut ilmu syar’i dan mengamalkan amal yang shalih. Allah Ta’ala berjanji, akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, meneguhkan agama mereka, serta menjadikan kehidupan mereka di dunia ini aman sentausa. Allah Ta’ala berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun. Tetapi barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (an Nur/24:55). Lihat juga surat al A’raf ayat 96.
TASHFIYAH DAN TARBIYAH, KUNCI KEMBALINYA KEMULIAAN ISLAM[9]
Jalan untuk menuju kejayaan, kemakmuran, dan kesejahteraan ummat ialah dengan mengadakan tashfiyah (pemurnian) dari sesuatu yang tidak dikenal dan telah menyusup masuk ke dalam syari’at Islam, seperti kesyirikan, pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah Ta’ala atau penakwilannya, penolakan hadits-hadits shahih yang berkaitan dengan ‘aqidah dan lainnya. Juga tashfiyah (pemurnian) ibadah dari berbagai macam bid’ah yang telah mengotori kesucian dan kesempurnaan agama Islam. Dan juga tashfiyah dalam bidang tafsir, fiqih, dan berbagai kemungkaran yang mengotori kesucian Islam.
Kemudian melakukan tarbiyah (pembinaan) generasi muslim di atas Islam yang telah bersih dari kemungkaran. Yakni dengan sebuah pembinaan secara Islam yang benar, sejak usia dini, dan tanpa terpengaruh oleh pendidikan ala barat yang kafir, kemudian menyatukan mereka dalam kesatuan ‘aqidah tauhid, yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah.
‘Aqidah Ahlus Sunnah merupakan jalan yang paling baik untuk menyatukan kekuatan kaum Muslimin dan kesatuan barisan mereka, untuk memperbaiki apa-apa yang rusak dari urusan agama dan dunia. Hal ini dikarenakan ‘aqidah Ahlus Sunnah mampu mengembalikan kaum Muslimin kepada al Qur`an dan Sunnah Nabi n , serta mengembalikan jalannya kaum Mukminin, yaitu jalan para sahabat g . Keistimewaan ini tidak mungkin terealisasi pada suatu golongan manapun, atau lembaga da’wah manapun, atau organisasi manapun yang tidak menganut ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sejarah telah menjadi saksi dari kenyataan ini. Hanya negara-negara yang berpegang teguh kepada ‘aqidah Ahlus Sunnah sajalah yang dapat menyatukan kekuatan kaum Muslimin yang berserakan. Hanya dengan ‘aqidah Salaf sajalah, maka jihad serta amar ma’ruf dan nahi munkar itu tegak, dan tercapailah kemuliaan Islam.[10]
Dengan ‘aqidah Salaf ini, kaum Muslimin dan da’i-da’inya akan bersatu, sehingga dapat mencapai kemuliaan serta menjadi sebaik-baik ummat. Hal ini, karena ‘aqidah Salaf ini berdasarkan al Qur`an dan as Sunnah menurut pemahaman para sahabat. Adapun ‘aqidah selain ‘aqidah Salaf, ia tidak akan mengantarkan tercapainya persatuan, bahkan yang akan terjadi adalah perpecahan dan kehancuran. Sehingga tidak diragukan lagi, jalan menuju kemenangan dan kejayaan kaum Muslimin, ialah dengan kembali kepada ‘aqidah dan manhaj yang haq, yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah; ‘aqidah dan manhaj Salaf.
Imam Malik rahimahullah berkata:
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا.
Tidak akan dapat memperbaiki ummat ini, melainkan dengan apa yang telah membuat baik generasi pertama ummat ini (yaitu, sahabat).[11]
KHATIMAH : KITA MEMOHON ISTIQAMAH DI ATAS ISLAM DAN AS SUNNAH MENURUT PEMAHAMAN SALAFUSH-SHALIH RADHIYALLAHU ANHUM
Kita memohon kepada Allah Ta’ala, agar kita ditunjuki kepada jalan Islam dan as Sunnah mengikuti manhaj Salafush-Shalih dan istiqamah dalam keadaan mentauhidkan Allah Ta’ala, melaksanakan Sunnah Nabi n dan menjauhkan segala bentuk kesyirikan dan bid’ah. Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan yang selamat mengikuti jejak para sahabat Radhiyallahu anhum . Dan mudah-mudahan Allah Ta’ala mengumpulkan kita di surga bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya Radhiyallahu anhum.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , keluarganya, para sahabatnya Radhiyallahu anhum, dan orang-orang yang mengikuti beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kebaikan hingga akhir zaman. Dan akhir dari dakwah ini adalah segala puji bagi Allah, Rabb sekalian alam.
Kami tutup dengan do’a kaffaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.
Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun X/1428H/2007M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Lihat Prinsip Dasar Islam (hlm. 65-74), oleh Penulis.
[2] HR at Tirmidzi no. 3540, ia berkata: “Hadits hasan gharib”.
[3] Lihat al Qaulus-Sadiid fi Maqaashid Tauhid, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di.
[4] HR al Bukhari, no. 99, dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[5] HR Muslim, no. 26, dari Sahabat ‘Utsman Radhiyallahu anhu
[6] HR Muslim, no. 93, dari Sahabat Jabir Radhiyallahu anhu.
[7] HR al Bukhari, no. 22, dari Abu Sa’id al Khudri Radhiyallahu anhu.
[8] Lihat Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, hlm. 124-125, oleh Penulis.
[9] Lihat Syarah ‘Aqidah Ahlus-Sunnah wal Jama’ah, hlm. 610-616, oleh Penulis.
[10] Lihat Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis-Sunnah wal-Jamaa’ah, hlm. 37-38.
[11] Lihat at-Tamhid, karya Ibnu ‘Abdil Barr (XV/292), tahqiq Usamah bin Ibrahim, Ighaatsatul-Lahfaan min Mashaayidhisy-Syaithaan (I/313) oleh Ibnul Qayyim, tahqiq Khalid ‘Abdul Lathif as-Sab’il ‘Alami, Cet. Darul-Kitab al ‘Arabi, th. 1422 H dan Sittu Durar min Ushuuli Ahlil Atsar, hlm. 73, oleh ‘Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/12905-tauhid-jalan-menuju-keadilan-dan-kemakmuran2.html